Mancing dan Didi Kempot
Thursday, July 25, 2019
Saya adalah penggemar lagu-lagu Didi Kempot sejak zaman di mana belum ada ponsel Android dan belum ada aplikasi sosial media seperti Twitter, Instagram, Facebook dan Youtube . Di zaman itu radio adalah salah satu sarana untuk bisa mendengarkan lagu-lagu Didi Kempot. Ada juga acara di televisi (TVRI Jateng) pernah menyiarkan lagu-lagu Didi Kempot namun tidak berlangsung lama. Acara ini di putar pada sore hari menjelang magrib.
Prahu sewa di Waduk Bade Boyolali
Dotid atau kepanjangan dari Didi Kempot Idolaku adalah salah satu acara radio khusus memutar lagu-lagu Didi Kempot. Dari subuh hingga malam, acara mirip dengan dotid ini bisa di putar 3-4 kali. Selama radionya bagus (daya tangkap sinyal) bisa mendengarkan acara ini lebih dari 4 kali. Bagi Anda penggemar lagu Didi Kempot di Jawa Tengah dan DIY (Karesidenan Pati, Solo, Semarang) pasti sudah paham acara ini. Saya lebih senang mendengarkan acara ini pada malam hari terutama pada saat mancing. Sembari menunggu umpan di makan ikan hiburannya adalah mendengarkan lagu Didi Kempot.
Selain piranti pancing dan penerangan (biasanya pakai lampu petromak) perlengkapan lainnya yang wajib ada adalah radio. Perangkat ini mungkin sudah tidak laku di jual saat ini. Tergerus perkembangan zaman tidak sepraktis ponsel. tentu saja ponsel dengan fasilitas radio di dalamnya.
Fungsi ponsel pada saat itu hanya sebatas untuk telepon dan SMS saja karena memang saat itu tidak banyak ponsel dengan fitur radio. Kalau toh ada harga juga belum terjangkau kantong pribadi.
Saya bukan penggemar militan musisi campursari berjuluk Lord Of Broken Heart. Dari sekian banyak lagu hitz Didi Kempot sebagian besar Saya hafal liriknya, tapi untuk judul lagu tidak banyak yang saya hafal. Contoh beberapa judul lagu yang saya ingat seperti Stasiun Balapan, Tirtonadi, Tanjungmas Ninggal Janji. Judul ini merepresentasikan sebuah tempat jadi mudah diingat.
Sembari mancing Saya iseng-iseng requset lagu di acara Dotid lewat SMS. Saat itu request lagu dan kirim salam hanya bisa dengan SMS dan telepon saja. Saya kirim SMS sepengal lirik seperti pada pembuka tulisan ini dengan tambahan 'kirim salam kanggo konco-konco sing lagi mancing nang waduk Bade'. Ketika mendengar SMS Saya di baca, kira-kira seperti ini tanggapannya "Nek orak apal judul lagune orak usah request lagu mas". Hajinguk penyiar radione, batinku.
Sebagai bentuk kekecewaan kepada si Penyiar radio Saya kirim SMS lagi : "Ealah Mas nek aku apal judul lagune, lha ngopo kok aku ndadak repot2x ngetik dowo koyok ngene". Diakhir lagu penutup acara ini request lagu saya di kabulkan dan ternyata judulnya adalah Cidro. Ini pengalaman pertama sekaligus terakhir request lagu di radio. Hari-hari berikutnya Saya lebih memilih mendengarkan saja, mau lagu apa saja yang di putar tinggal di nikmati.
Mancing di tengah waduk dengan diterangi lampu petromak sambil mendengarkan lagu Didi Kempot adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Nuansa batin dari lagu-lagu Didi Kempot bagi Saya pribadi lebih mengena bila di dengarkan di alam liar seperti waduk atau saat naik gunung.
Bagi Sadbois atau mungkin Sadgel yang ingin mencoba, jangan lupa sedia kopi dan rokok secukupnya. Selamat memancing dan salam strike.